Sarang Telur Laba-Laba (Spider Silk Protein) untuk Obat Luka?

Share artikel ini

Reading Time: 2 minutes

Penulis : Mubin

NgajiGalileo – Salah satu jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 6 (1) : 29-33 ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online); membahas terkait penggunaan sarang telur laba-laba untuk mengobati luka sayat.

Muhammad Yusak Alfaris Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dan Mas Mansyur Bagian Biomedik Penelitian Biomolekuler Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya  Kusuma Surabaya, mereka berdua telah menyelesaikan penelitiannya.

Pengobatan tradisional atau sering dikenal dengan istilah pengobatan dengan resep turun temurun dari para pendahulu adalah khazanah lokal yang sebaiknya harus dijaga kelestariannya.

Riset-riset yang dilakukan dizaman modern seperti sekarang sudah sering dilakukan dan beberapa hasil riset tersebut tidak jarang juga membenarkan penggunaan resep-resep tradisional, yang dapat diartikan bahwa beberapa resep-resep tradisional ketika diuji dengan penelitian modern juga terbukti kebenarannya.

Baca Juga:   Ciri-ciri Virus, Bentuk dan Peranannya bagi Kehidupan Manusia

Penggunaan sarang telur laba-laba untuk menutup sekaligus mengobati luka, terutama luka sayat sudah dilakukan oleh masyarakat sejak zaman dahulu. Penggunaannya juga tidak begitu rumit, hanya dengan menempelkan sarang telur laba-laba pada bagian tubuh yang terluka.

“Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh, keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.” Gosain, A and DiPietro, LA, 2004. Aging and Wound Healing. World Journal of Surgery, 28(3), 321-326.

Penggunaan resep-resep trdisional seperti jamu tradisioanal ataupun obat-obat herbal dapat digunakan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit demi untuk memelihara kesehatan masyarakat juga sangat direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia ( WHO ). World Health Organization ‘Traditional Medicine’, 2003.

Baca Juga:   Remaja Rentan Mengidap Maag, Apakah Penyebabnya?

Pada penelitian ini peneliti menggunakan tikus putih jantan (Rattus Norvegicus wistar), dengan usia sekitar 2-3 bulan dengan berat 120 – 200 gram, sedangkan metode peneletian pada penelitian ini menggunakan metode Eksperimental Laboratoris, teknik pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling.

Perlakuan pada tikus dibagi menjadi dua, yang pertama sebagai kontrol dan yang kedua dengan menggunakan perlakuan, sebelum dilakukan penelitian semua tikus putih dilakukan perawatan yang sama dan dilakukan masa adaptasi selama 5 hari.

Pengamatan dan pengambilan data dilakukan pada proses penyembuhan pada hari ke 2 dan hari ke 4, uji Chi Square digunakan untuk menguji hipotesis dengan bantuan software SPSS 21.0 dengan tingkat signifikan α = 0,05. Hipotesa alternatif diterima jika p < α.

Baca Juga:   Teleskop Luar Angkasa Hubble

Dari penelitian tersebut didapat bahwa p < α dengan nilai p sebesar 0.005 menggunakan statistik dengan uji Chi Square, hal ini dapat diartikan bahwa pemberian sarang telur laba-laba pada tikus putih yang terluka dapat mempercepat penyembuhan.

“Penyembuhan luka dengan penggunaan salep jaring laba-laba disebabkan peningkatan jumlah sel fibroblas, sintesis kolagen, kekuatan tensile, kontraksi luka dan periode epitelisasi. Aksi penyembuhan luka terjadi karena kandungan protein yang ada pada jaring laba-laba.” (Brown, 2011)

“Jaring telur laba-laba berpotensi melawan infeksi, menyembuhkan
luka, dan membendung darah yang keluar.”
(Bryant R, 2007)

Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian sarang telur laba-laba (spider silk protein) dapat mempercepat penyembuhan luka pada tikus putih (Rattus norvegicus wistar).


Share artikel ini

Recommended For You

4 Comments

  1. Orang Jawa sering menyebut ‘gamet’ warnanya putih dan yang baik biasanya masih bersih atau masih dibawa induk laba-laba…

  2. Hal-hal seperti ini, harusnya juga dikenalkan pada anak usia dini atau SD, ini bagian dari pengetahuan lokal yang bermanfaat… Atau mungkin sekarang sudah jarang ditemui.

  3. iya… saya juga pernah tahu yang begini ini, waktu itu teman semasa smp ada yang bilang begitu. gak nyangka kalau itu sudah pernah diteliti oleh fakultas kedokteran.
    terimakasih infonya, semoga dibahas juga jurnal – jurnal dari kampus lainya seperti Universitas Brawijaya Malang, Universitas Indonesia ( UI ), Institut Teknilogi Sepuluh November ( ITS ) Surabaya, Institut Pertanian Bogor ( IPB ), Institut Teknologi Bandung ( ITB ), Universitas Diponegoro ( UNDIP ) Semarang, Universitas Negeri Semarang, Universitas Negeri Malang, Universitas Islam Maliki Malang, Universitas Gadjah Mada ( UGM ), Universitas Negeri Surabaya ( UNESA ), Politeknik Negeri Bali, Uneversitas Cenderawasih dan Universitas lainnya…

Tulis Komentar