Categories: News

BERAWAL DARI FOTO, TERGAMBAR SEJARAH MISTIS DAN KERAMATNYA ANGKA 17

Reading Time: 2 minutes

Berawal dari Foto, Tergambar Sejarah Mistis dan Keramatnya Angka 17 – Sebuah hasil jepretan foto di hotel Majapahit, sebelum bernama hotel Majapahit pernah bernama hotel Yamato yang sebelumnya sebenarnya pernah juga bernama hotel Oranje.

Hotel legendaris dengan sejarah perobekan bendera Belanda dengan merobek warna biru, sehingga berkibarlah bendera Merah Putih.

Ketika berada disini saya terfikir akan sejarah dan perjuangan saat itu, sangat heroik dan penuh makna.

Saya beranikan untuk mengambil gambar itu, meskipun sebenarnya saya agak kurang sreg mengambil gambar itu, gambar ini saya ambil dari Lt. 2 bertepatan dengan bulan Ramadhan, ketika saya mengabadikan gambar itu ada banyak tamu hotel yang sedang makan siang, hal ini yang menjadikan alasan kenapa saya agak ragu untuk memotret, akhirnya saya putuskan untuk tetap memotret dan berfikir mungkin beliau-beliau bukan muslim atau seorang muslim yang sedang musafir.

Oh iya, bukankah detik-detik pertama pembacaan naskah proklamasi kemerdekaan RI. juga dilaksanakan pada bulan Ramadhan.

Tanggal 17 yang dianggap mistis dan keramat?

Iya, pada tanggal 17 Agustus 1945 M tepatnya hari jum’at legi ( 9 Ramadhan 1364 H ), ada apa sebenarnya Ir. Soekarno memilih tanggal 17 di bulan Agustus tersebut?

Sang proklamator Kemerdekaan Indonesia memilih tanggal 17 bisa dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda, jika dipandang sosok beliau sebagai orang jawa ini merupakan hal yang lumrah.

Tanggal 17 sendiri bagi orang jawa merupakan tanggal yang diyakini baik, bukan hanya tanggal 17 namun, beberapa penanggalan yang bertepatan dengan angka 7 seperti 7, 17, dan 27 adalah tanggal baik, orang jawa menyebut angka tujuh dengan sebutan ( Pitu -jawa- ). Pitu dimaknai Pitulungan (pertolongan) atau pituduh ( petunjuk / isarat ).

Sebagai seorang muslim Bungkarno tidak sulit untuk menjelaskan hal tersebut, dalam Islam banyak hal yang berhubungan dengan angka 17 seperti turunnya Al-Qur’an diperingati pada tanggal 17 Ramadhan, serta jumlah rakaat pada sholat wajib bagi orang Islam dalam sehari semalam berjumlah 17 rakaat.

“Mengapa justru diambil tanggal 17, mengapa tidak sekarang saja, atau tanggal 16 ?” tanya Sukarni. “Saya (Ir. Soekarno) seorang yang percaya pada mistik”. Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku.

Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama kita sedang  berada  dalam bulan suci Ramadhan, waktu kita semua  berpuasa, ini berarti saat yang paling suci  bagi kita. Tanggal 17 besok hari Jumat, hari Jumat itu  Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat  suci.

Al-Qur’an diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat, oleh karena itu  kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia” ( Lasmidjah Hardi :1984). Sudah lama jepretan ini diambil, namun beberapa momentum peringatan hari besar nasional saya merasa senang memakai foto ini, meskipun diedit sesuai momentumnya. (Mubin)

NgajiGalileo

Recent Posts

Exploring the World Through Binoculars and Cameras: A Simple Guide for the Everyday Adventurer

Technology has come a long way. Today, we have gadgets that make life more enjoyable.…

19 jam ago

Galileo Galilei’s Binocular Technology: A Revolution in the Study of the Cosmos

Galileo Galilei, often referred to as the “Father of Modern Science,”. He is celebrated for…

2 hari ago

15 Jokes Dodit Mulyanto yang Kocak, Absurd, dan Selalu Menghibur

Dodit Mulyanto, nama yang sudah nggak asing lagi di dunia stand up comedy Indonesia. Komika…

6 hari ago

15 Kata-Kata Kocak Rigen yang Bikin Ngakak Sampai Lupa Masalah

Siapa sih yang nggak kenal Rigen, komika yang selalu berhasil bikin penonton ketawa ngakak? Rigen,…

6 hari ago

Segala-galanya Ambyar: Harapan di Tengah Kekacauan

Kita hidup di zaman yang menarik. Segala sesuatu tampaknya lebih baik dari sebelumnya—teknologi maju, makanan…

1 minggu ago

7 Pantun Indra Jegel: Menyatukan Medan, Melayu, dan Kearifan Lokal dalam Lantunan Rima

Pantun, sebagai bentuk puisi tradisional, selalu punya tempat di hati masyarakat Melayu. Tapi, siapa sangka…

1 minggu ago