Sains di Balik Penyedap Makanan

Share artikel ini

Reading Time: < 1 minute

Bagaimana mungkin memakai penyedap makanan, namun malah menjadikan makanan tersebut tidak sedap?

Penyedap rasa makanan pada dasarnya berfungsi hanya untuk mengintensifkan atau memperkuat rasa yang sudah ada. Tidak peduli apakah rasa itu lezat, biasa saja, atau bahkan tidak enak.

Salah satu penyedap rasa yang biasa ada di dapur adalah MSG. MSG adalah monosodium glutamat, sebuah turunan asam glutamat yang merupakan salah satu asam amino biasa membentuk protein.

Dalam sejarah, orang jepang dalam tradisinya menggunakan MSG yang berasal dari rumput laut. Penguat rasa alami ini telah dijual selama puluhan tahun secara besar-besaran oleh produsen MSG terbesar dunia yaitu negara Jepang.

Baca Juga:   Kesadaran atas Sains Humanistik di Tengah Pendemi

Industri makanan olahan sering menyebut istilah MSG dengan bahan potensiator, sedangkan kita lebih mengenal dengan bahasa penguat rasa atau flavor intensifier.

Penguat rasa pada prinsipnya hampir tidak memiliki rasa pada dirinya sendiri, namun ketika bahan ini dipadukan dengan segala sesuatu yang mempunyai rasa, maka rasa itu akan semakin lebih kuat dari sebelumnya.

Bukan MSG sendiri yang membahayakan, kecuali jika dikonsumsi dalam takaran tinggi. Tapi hampir semua bahan makanan menjadi berbahaya jika dikonsumsi terlalu banyak.

Robert L. Wolke

Berbagai macam senyawa penguat rasa ini juga diekstraksi dari ragi. Sebuah perusahaan telah membuat dan menjual lebih dari dua puluh penyedap rasa berbasis ragi kepada industri makanan.

Baca Juga:   20 Eksperimen Sains yang Menyenangkan untuk Anak-anak di Rumah

Dalam label makanan Anda akan menemukan istilah yeast extract, yeast nutrient atau natural flavor, meskipun sesungguhnya bahan-bahan itu bukan penyedap dan juga bukan bahan-bahan pembuat MSG.

Sumber bacaan: Robert L. Wolke (2003), Einstein Aja Gak Tahu!


Share artikel ini

Recommended For You

Tulis Komentar