Relativitas Kehidupan Real, Bisakah Dipercaya?

Share artikel ini

Reading Time: 3 minutes

Penulis : Nuril Qomariyah

NgajiGalileo – Pagi menjelang siang, waktu yang pas untuk rehat sejenak. Tapi lain halnya bagi mereka yang realitanya harus duduk di ruang kuliah.

Relativitas, adalah materi kunci untuk mulai memasuki dunia fisika modern. Yang menurut dosen pengampu sih, masih belum pernah ada rekor 100% mahasiswa dalam satu angkatan dapat lulus mata kuliah fisika modern secara keseluruhan.

Bisa kemudian kita terka, bahwa mata kuliah ini mulai memasuki tipikal materi dengan tingkat kesulitan menengah ke atas, sebelum menemui anak-anaknya, yakni fiskia kuantum dan saudara-saudaranya.

Ilmu fisika, terlebih fisika modern sangat mudah untuk kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Segala yang terjadi di alam semesta ini tidak pernah lepas dari yang penjelasan-penjelasan fisika.

Jadi, sangatlah sempit jika kita hanya menganggap bahwa fisika hanya sebatas  laboratorium dan rumus saja.

Namun, diluar segala hal perbincangan fisika modern maupun klasik, yang harus ditekankan di sini bagi kita umat muslim adalah, segala yang ada di semesta ini tunduk dan patuh pada satu Dzat yang maha esa, Allah SWT.

Baca Juga:   Cara Kerja Sabun Menghilangkan Bahan Berminyak di Tubuh

Tiga contoh sederhana berikut akan mengantarkan kita pada pemahaman mendasar, mengenai apa sih relativitas itu? Dan apakah relativitas dapat kita percaya dalam kehidupan real? Mari kita berangkat dari hal yang paling sederhana.

Dalam tulisan ini, penulis membagi dalam tiga Fiksimini, yang akan menggiring pembaca pada pemahaman mendasar terkait teori relativitas yang Einsten cetuskan.

Pejalan Kaki dan Eskalator Mendatar

Pernahkah kita membayangkan bahwa dalam satu kali langkahan kaki, kita telah melangkah sejauh satu meter? Mengapa demikian?

Normalnya manusia memiliki langkah kaki sekitar 40-50 cm. Akan tetapi berbeda halnya ketika kita berjalan di atas eskalator mendatar dengan kecepatan tertentu. Langkah kita bukan lagi 40-50 cm, bisa jadi satu meter atau 1,5 meter.

Mungkin pembaca mulai merasa bingung dengan pernyataan ini. Awalnya saya pun merasa begitu, bingung dan butuh mencerna lebih lama.

Ketika berada di atas eskalator mendatar, sebenarnya posisi kita mengalami perubahan posisi dalam waktu yang reatif cepat. Bagi kita pribadi, seakan-akan kita melangkah layaknya di jalan biasa, dengan panjang langkah kaki 40-50 cm.

Baca Juga:   Ciri-ciri Virus, Bentuk dan Peranannya bagi Kehidupan Manusia

Hal ini karena kita berada pada sistem yang bergerak (Eskalator) dan menganggap sistem itu diam.

Namun, realitanya bagi mereka yang berada di luar kita (Pengamat yang iseng menghitung langkah kita) sebenarnya kita telah melangkah sejauh 100-150 cm, bergantung pada kecepatan ekskalator. Mendasar dari relativitas, realita manakah yang akan kita percaya?

Bola dan Kereta yang Berjalan

Menjadi fisikawan harus lah bagi kita dengan senang hati mengamati hal-hal yang mungkin bagi orang lain sesuatu yang tidak penting, atau dalam kata lain gak pernah jelas, dan cenderung abstrak mungkin di lain sisi.

Kita ambil hal sedehana kembali, karena tak perlu rumit mempelajari semesta ini. Bermain lempar bola dalam kereta yang bergerak misalnya.

Pernahkah kita sadari bahwa saat melempar bola ke bagian atas kereta secara vertikal kita tidak pernah mendapati bola itu jatuh di lokasi yang sama. Presepsi ini menurut mereka yang berada di luar keret. Tidak bagi kita yang memainkan bola.

Secepat apapun kereta melaju, kita akan beranggapan bahwa bola jatuh di tempat yang sama yakni di tangan kita.

Baca Juga:   Manfaat Lumut Kerak (Lichenes) yang Jarang Diketahui Banyak Orang

Namun tidak, realitanya bola itu jatuh jauh di depan lokasi awal bola dilemparkan, ini yang kemudian membuat lintasan bola berbentuk segitiga sama kaki, dengan posisi bola mencapai bagian atas dinding kereta sama halnya mencapai puncak grafik segitiga dan mendarat beberapa meter dari posisi awal, tapi tetap mendarat di tempatyang sama yakni tangan kita. Lantas masihkah realita yang sama yang kita percaya.

Memahami relativitas, sama sulitnya bagi kita memahami realita kehidupan.

Nuril Qomariyah

Terkadang sebagai manusia kita merasa telah melakukan hal yang lurus dan baik. Tapi pernahkah kemudian kita menggunakan kerangka acuan lain untuk sesaat menjadi pengamat, bahawa sebenarnya realitanya apa yang kita lakukan tak selamanya hal posistif.

Mungkin sesaat tanpa kita sadari kita telah keluar koridor-koridor kehidupan. Atau mungkin kita telah berbalik arah melangkah mundur, karena tak lagi percaya akan realita dalam kehidupan.

Dalam hidup segalanya relatif, begitulah asas fisika modern yang dicetuskan galileo dan di viralkan oleh Einsten pada jamannya dengan teori relativitas umum dan khusus, tinggal bagaimana kita memposisikan diri menghadapi kehidupan real di dunia yang fana.


Share artikel ini

Recommended For You

1 Comment

Tulis Komentar