Sains, Alasan Kaca Mobil Lebih Kokoh dan Kuat

Share artikel ini

Reading Time: < 1 minute

Kaca depan mobil dirancang sedemikian rupa agar saat terjadi benturan dengan benda keras seperti lemparan batu, maka pecahannya tidak terlontar kemana-mana.

Tapi, mengapa kaca biasa jika pecah akan menjadi kepingan sangat kecil dan banyak sekali, tidak dalam wujud lempengan-lempengan lebar?

Kaca depan mobil seperti roti lapis, dengan kaca sebagai sepasang roti yang kemudian bagian tengahnya diisi dengan sejenis plastik bening elastis. Ketika batu mengenai kaca depan, maka sebagian kaca tersebut akan tetap melekat pada plastik.

Pengolahan kaca depan mobil dibuat khusus sehingga lebih kuat dari kaca biasa. Hal tersebut karena para insinyur biasa menggunakan teknik praketan atau prestressing.

Baca Juga:   CIVITAS UNIVERSITAS DIPONEGORO (UNDIP) SEMARANG: PENELITIAN JENIS-JENIS BURUNG YANG SUKA DI TAMAN KOTA

Penggunaan teknik praketan pada kaca depan mobil yang berarti bahwa sebelum dipakai bahan itu telah dibebani dengan sejumlah gaya yang besarnya tertentu.

Ketika kaca masih bertemperatur tinggi sehabis dibentuk, permukaannya didinginkan secara mendadak. Perlakuan ini mengunci struktur molekul kaca bertemperatur tinggi, yang memiliki struktur lebih luas daripada struktur kaca pada temperatur ruang.

Ketika kaca dibiarkan menjadi dingin secara pelan-pelan, bagian dalamnya akan mengkerut kembali ke struktur temperatur kamar yang lebih kencang. Akibatnya pada kaca tersebut ada perpaduan antara gaya tarik dan gaya tekan (tension dan compression) yang telah terkunci dalam kaca.

Energi yang tertahan terlepas secara mendadak ketika kaca itu pecah. Akibat energi tadi pecahan di satu tempat dengan cepat merambat seperti sebuah reaksi berantai ke seluruh permukaan yang semula tegang.

Baca Juga:   Sains, Apakah Gen Anak Laki-laki ataukah Perempuan yang Sering Muncul dalam Keluarga?

Hal tersebut membuat kaca depan mobil jika retak atau pecah akan cenderung melebar keseluruh permukaan dengan bentuk seperti taburan kerikil.

Sumber bacaan: Robert L. Wolke (2003), Einstein Aja Gak Tahu!


Share artikel ini

Recommended For You

Tulis Komentar