Pendapat Para Ahli: Pentingnya Paparan Sinar Matahari di Tengah Pandemi

Share artikel ini

Reading Time: 2 minutes

Penulis : Fauchil Wardati | MSc Immunology, Mahidol University, Thailand

NgajiGalileo – Kondisi pandemi Covid-19 mengharuskan kita untuk bekerja atau belajar dari rumah dan meminimalisir berkegiatan di luar jika tidak sangat penting.

Namun, ada yang perlu sangat kita perhatikan dan meluangkan waktu 10-15 menit agar tetap menjaga kesehatan tubuh.

Apakah itu?! Berjemur.

Iya, dengan berjemur, kulit kita akan mendapatkan vitamin D bersumber dari matahari yang mudah didapat dan bahkan gratis, apalagi dengan letak geografis Indonesia yang selalu melimpah dengan sinar mataharinya.

Relasi antara vitamin D dan daya tubuh

Lalu, bagaimana relasi antara vitamin D dan daya tubuh kita terutama terhadap infeksi Covid19?

Baca Juga:   SLEEP PARALYSIS: BUKAN KARENA MAKHLUK HALUS, BAGAIMANA TINDIHAN MENURUT ILMU MEDIS?

Prietl dkk., menyampaikan pentingnya vitamin D dan kaitannya dengan normalnya fungsi sistem imunitas tubuh, artinya, kekurangan vitamin D akan mengakibatkan disregulasi dari respon imun.

Vitamin D ini dapat bersumber dari makanan seperti jamur shitake dan ikan salmon atau suplemen, namun yang paling utama adalah vitamin D yang disintesis setelah kulit kita terpapar sinar UVB dari matahari.

Baeke dkk., menambahkan bahwa secara sepsifik, 1,25(OH)2D3 sebagai bentuk aktif dari vitamin D berperan penting dalam menjaga keseimbangan respon imun dan dapat memodulasi fungsi sel-sel imun seperti monosit, makrofag, sel T dan sel B.

Pada kasus Covid19 yang disebabkan infeksi Sars-Cov-2, Daneshkhah dkk., menyebutkan bahwa adanya korelasi antara mortalitas pasien Covid19 dengan kondisi defisiensi vitamin D di US, UK, dan Paris.

Baca Juga:   7 Peluang Usaha Menarik di Masa Pandemi Covid-19

Hal ini ditunjukkan oleh angka resiko COVID-19 kasus parah di antara pasien dengan defisiensi vitamin D sebesar 17,3% sedangkan pada pasien dengan kadar vitamin D normal adalah 14,6%.

Namun, karena perhitungan ini berdasarkan hubungan antara vitamin D dengan CRP dan kaitannya CRP dengan keparahan Covid19, sehingga penelitian lanjut masih perlu dilakukan untuk menghitung langsung kadar vitamin D.

Jeyaraman dkk., juga menambahkan bahwa mekanisme bagaimana vitamin D dapat menurunkan resiko keparahan infeksi virus adalah melalui penurunan regulasi faktor-faktor inflamasi dan melemahkan fenomena badai sitokin.

Oleh karena itu, sangat disarankan untuk kita tetap mendapatkan paparan sinar matahari yang cukup terutama di masa pandemi Covid19 ini.

Tentu dengan tetap memperhatikan aspek kesehatan lain seperti makan makanan bergizi, istirahat cukup, sering mencuci tangan, dan menggunakan masker bila bepergian keluar rumah.  

Baca Juga:   Ternyata Mamalia Terbesar di Dunia Bukan Gajah

Referensi :

  1. Baeke, Femke, et al. “Vitamin D: modulator of the immune system.” Current opinion in pharmacology 10.4 (2010): 482-496.
  2. Daneshkhah A, et al. “The Possible Role of Vitamin D in Suppressing Cytokine Storm and Associated Mortality in COVID-19 Patients”. medRxiv (2020).
  3. Jeyaraman, Madhan, Arun Gulati, and Talagavadi Channaiah Anudeep. “Vitamin-D: An Immune Shield Against nCOVID-19.” Int J Cur Res Rev| Vol 12.09 (2020): 19.
  4. Prietl, Barbara, et al. “Vitamin D and immune function.” Nutrients 5.7 (2013): 2502-2521.

Share artikel ini

Recommended For You

Tulis Komentar