Metode Tahfidz Al-Qur’an, Apa Saja!

Share artikel ini

Reading Time: 2 minutes

Metode atau dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Thurikuh, yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.

Apabila dihubungkan dengan pendidikan maka strategi tersebut haruslah diwujudkan dalam bentuk pendidikan, dalam rangka mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dicerna dengan baik.

Untuk mempermudah membentuk kesan dalam ingatan terhadap ayat-ayat yang dihafal, maka diperlukan metode menghafal yang baik.

Mengenal Beberapa Metode Tahfidz Al-Qur’an

Menurut Ahsin W. al-Hafidz metode menghafal dibagi menjadi 5 (lima), yaitu :

1. Metode Wahdah

Metode Wahdah yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh kali atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya.

Baca Juga:   Ngaji Nikah: Memahami Pengertian Nikah Menurut Agama dan Undang-Undang

Dengan demikian penghafal akan mampu mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya bukan saja dalam bayangannya, akan tetapi hingga benar-benar membentuk gerak refleks pada lisannya.

Setelah benar- benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapai satu muka.

2. Metode Kitabah

Kitabah yang berarti menulis. Metode ini memberikan alternatif lain daripada metode yang pertama.

Pada metode ini penulis terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah disediakan untuknya.

Kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya hingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya.

3. Metode Sima’i

Sima’i yang artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini ialah mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya.

Metode ini akan sangat efektif bagi penghafal yang punya daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih dibawah umur yang belum mengenal tulis baca al-Qur’an.

Baca Juga:   ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER DI TPQ MIFTAHUL HUDA | MILA RAHMAWATI, LUSIANA SAJIDAH, GITA OKVI WAHYUDIA WATI

Metode ini dapat dilakukan dengan dua alternatif. Pertama, mendengar dari guru pembimbingnya, terutama bagi para penghafal tunanetra, atau anak-anak.

Kedua, merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkannya kedalam pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Kemudian kaset diputar dan didengar secara seksama sambil mengikuti secara perlahan.

4. Metode Gabungan

Metode ini merupakan metode gabungan antara metode pertama dan metode kedua, yakni metode wahdah dan metode kitabah.

Hanya saja kitabah (menulis) disini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya.

5. Metode Jama’

Yang dimaksud dengan metode jama’, adalah cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur.

Pertama, instruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan siswa menirukan secara bersama-sama. Kedua, instruktur membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan siswa mengikutinya.

Baca Juga:   Apakah Isra Mi'raj itu Rasional ?

Setelah ayat-ayat itu dapat mereka baca dengan baik dan benar, selanjutnya mereka mengikuti bacaan dengan sedikit demi sedikit mencoba melepaskan mushaf (tanpa melihat mushaf) dan demikian seterusnya sehingga ayat-ayat yang sedang dihafalnya itu benar-benar sepenuhnya masuk dalam bayangannya.

Sedangkan metode tahfidz al-Qur’an menurut Abdurrab Nawabuddin adalah sebagai berikut :

1. Metode Juz’i, yaitu cara menghafal secara berangsur-angsur atau sebagian demi sebagian kemudian menggabungkannya antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dalam satu kesatuan materi yang dihafal.

2. Metode Kulli, yaitu dengan cara menghafal secara keseluruhan terhadap materi hafalan yang dihafalkannya, tidak dengan cara bertahap tahu sebagian-sebagian. Jadi yang terpenting keseluruhan materi yang ada dihafalkan tanpa memilah-milahnya, baru kemudian diulang-ulang terus sampai benar-benar hafal. (Arthur)

Referensi

  • Ahsin Wijaya al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994)
  • Abdurrab N Awabuddin, Tekhnik Menghafal Al-Qur’an, (Bandung: Sinar Baru, 1991)

Share artikel ini

Recommended For You

Tulis Komentar