Reading Time: 2 minutes
Pentingnya Self Control Bagi Diri Sendiri dan Orang Lain – Sebelum membahas tentang self control, tentunya akan lebih terperinci apabila kita memahami mengenai self atau yang disebut dengan diri sendiri.
Referensi yang membahas tentang diri sendiri, atau mengenai ilmu jiwa yang di mana dalam setiap referensi memiliki penafsiran yang berbeda-beda sesuai dengan pokok bahasan yang menjadi obyek dalam kajian.
Menurut Rafi Sapuri (2009: 43), dalam bukunya Psikologi Islam menyebutkan bahwa diri, atau dalam bahasa arab yang disebut dengan nafs memiliki pemaknaan yang banyak seperti :
- jiwa,
- dorongan hati yang kuat untuk berbuat baik,
- sesuatu yang melahirkan sifat tercela,
- sesuatu didalam diri manusia yang mengarahkan tingkah laku, dan
- yang terakhir yaitu dalam diri manusia yang dicipta secara sempurna, di mana di dalamnya terkandung potensi baik dan buruk.
Hal tersebut menunjukkan bahwa, diri (nafs) atau jiwa memiliki kecenderungan yaitu hal baik dan buruk.
Manusia dapat menyangkal beberapa aspek dalam dirinya seperti pengalaman dengan kebohongan, saat pengalaman tersebut tidak konsisten dengan konsep diri mereka. Dengan demikian, saat manusia sudah membentuk konsep dirinya, ia akan menemukan kesulitan dalam menerima perubahan dan pembelajaran yang penting.
Pengalaman yang tidak konsisten dengan konsep diri mereka, biasanya disangkal atau hanya diterima dengan bentuk yang telah diabsorbsi atau diubah, jadi konsep diri yang telah dibangun tidak mungkin tidak membuat perubahan sama sekali, hanya tetap akan terasa sulit.
Perubahan biasanya paling mudah terjadi ketika adanya penerimaan dari orang lain, yang membantu seseorang untuk mengurangi kecemasan dan ancaman serta untuk mengakui dan menerima pengalaman-pengalaman yang sebelumnya ditolak.
Dengan kata lain kita harus benar-benar teliti bahwasanya terdapat dua alam dengan bahasa yang berbeda. Menurut Jess feist dan gregory j. Feist (2010: 9-10) dalam buku edisi terjemahan yang berjudul Teori Kepribadian; Alam imajiner dengan bahasa aneh yang disebut indiosinkretik, dan alam di mana tubuh hidup dengan bahasa yang tertata dan tersistematika sehingga bisa dipahami secara nomotik.
Diri (nafs) bukan tubuh tetapi juga sekaligus tubuh. Ia bukan tubuh karena sifatnya yang indosinkretik. Tubuh yang monotetik adalah tubuh yang ada pada tatanan tanda yang berdasarkan konvensi atau kesepakatan.
Tetapi semua kesepakatan itu tidak pernah bisa menyepakati secara penuh apa itu diri, karena keterbatasan dari perangkat kesepakatan itu, yaitu bahasa itu sendiri. Itu sebabnya tidak semua bisa dijelaskan dengan bahasa.
Berdasarkan beberapa pengertian dan penjelasan tentang self control diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kontrol diri merupakan suatu usaha dalam mengendalikan perilaku dan merespon atau memutuskan sesuatu tindakan dengan cara mempertimbangkan segala dampak resiko atau konsekuensi yang natinya akan terjadi.
Peran self control menjadi sangat penting tatkala seseorang berinteraksi dengan orang lain, hal tersebut karena pada hakikatnya manusia sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi di masyarakat. Tentunya self control juga berperan dalam pencapaian tujuan pribadi sebagai seorang manusia. (Fauzing04)