Apa itu ODF?

Share artikel ini

Reading Time: 3 minutes

Kata ODF (Open Defecation Free) atau dalam bahasa Indonesia biasanya diartikan bebas buang air besar sembarangan menjadi kata yang sejak beberapa tahun lalu sudah sangat familiar bagi warga pedesaan.

Kata itu sering diucapkan oleh Perangkat Desa ataupun pejabat pemerintahan dalam sambutan di berbagai acara–acara yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun ketika ada momen kegiatan keagamaan dan lain–lain.

ODF atau tidak sembarangan berak adalah perilaku yang memang perlu disampaikan pada semua warga, terutama warga yang hidup di pedalaman meskipun tidak menutup kemungkinan perilaku berak sembarangan juga masih ada dilingkup perkotaan.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan kegiatan buang air besar sembarangan, setidaknya sebagai berikut :

Perilaku Masyarakat

Perilaku masyarakat memanglah sangat beragam mulai dari kegiatan bangun tidur sampai tidur kembali,  diantara kegiatan tersebut adalah kegiatan berak (buang air besar) disembarangan tempat.

Kegiatan itu biasanya (untuk tidak mengatakan pasti) dilakukan oleh warga dipedesaan yang ada di pedalaman, hal itu dilkukan karena memang dari dulu ya sudah begitu mereka mengetahuinya.

Baca Juga:   Menu Makanan Sehat dan Bergizi Saat Puasa

Faktor pendukung lainya tentu masih luasnya tanah kosong, banyak aliran sungai dan pepohonan yang rindang mebuat kegiatan semacam itu dilakukan dengan nyaman.

Terdapat alasan lainnya yaitu kegiatan berak disembarang tempat ada juga yang dilakukan berbarengan dengan temannya, meskipun mereka juga menjaga jarak agar tidak terlalu dekat tapi masih bisa berbincang-bincang dengan materi obrolan yang santai.

Materi obrolan santai tersebut mengalir begitu saja tanpa ada persiapan tema, alasan mereka bersama temannya biasanya itu berak yang dilakukan pada malam hari dikarenakan tempatnya yang masih minim penerangan atau bahkan tidak ada.

Infrastruktur

Belum adanya infrastruktur jamban ( WC ) membuat budaya berak sembarangan masih terus dilaksanakan. Pembangunan infrastruktur jamban ( WC ) bagi masyarakat di pedesaan atau pedalaman memanglah sangat diperlukan.

Namun, pembangunan infrastruktur bagi mereka yang suka buang air besar sembarangan  terkadang tidak langsung mengubah perilaku mereka, beberapa dari mereka terkadang tetap melakukannya.

Baca Juga:   Resolusi Pembelajaran di Masa Pandemi Agar Tetap Efektif

Beberapa alasannya adalah tidak bisa berak di jamban, meskipun sudah dijamban tapi tidak bisa berak atau mereka belum nyaman dengan kebiasaan baru tersebut, tidak bisa berak, tidak bisa sambil ngobrol dengan temannya dan masih banyak lagi alasan-alasan lainnya.

Edukasi

Faktor yang tidak kalah penting adalah edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya tidak buang air besar di sembarang tempat. Penjelasan secara komperehensif meskipun disampaikan secara bertahap dan berulang-ulang, hal ini kemungkinan besar akan merubah perilaku tersebut.

Perilaku buang air besar di sembarang tempat memanglah sudah dari jaman dahulu dilakukan, sehingga untuk merubah kebiasaan semacam itu diperlukan keseriusan, ketekunan dan didukung oleh banyak faktor baik SDM, Lembaga –lembaga dan penunjang infrastruktur pendukung lainya.

Pengalaman Camat dalam Menuntaskan ODF

Camat atau pejabat kewilayahan yang membawahi wilayah dalam satu kecamatan mempunyai peran penting dalam banyak hal di antaranya, merubah perilaku buang air besar disembarang tempat menjadi perilaku buang air besar ditempatnya (jamban / WC).

Bapak Agus Hardiyanto seorang camat di Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro memiliki pengalaman dalm menuntaskan program ini, ketika beliau memasuki kecamatan kapas, masih ada tujuh desa yang masih belum tuntas menyelesaikan program ODF.

Baca Juga:   Cerita Sahabat Galileo, Petani Milenial Ali Ghozali

 Ditahun pertama ( 2019 ) berhasil dituntaskan empat desa, dan dilanjutkan tiga desa tuntas ditahun 2020 ini. Dalam menuntaskan hal tersebut banyak hal yang dilakukan di antaranya :

Koordinasi dengan Forkopimcam

Melakukan koordinasi dengan Forkopincam (Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan) untuk melakukan kegiatan dilapangan dengan mendatangi rumah warga yang belum ODF.

Bersama Danramil dan Kapolsek serta UPT terkait melakukan kegiatan pemantik ODF dengan mengunjungi rumah warga dan lansung komunikasi dengan warga untuk mengetahui alasan belum ODF dan memberikan penjelasan langsung dimasyarakat.

Koordinasi dengan Pemerintah Desa

Hal ini penting dikarenakan pihak desa adalah garda terdepan yang langsung berhubungan dengan warga serta terkait anggaran untuk infrastruktur yang dibutuhkan lebih banyak di anggarkan dengan anggaran APBDesa.

Pemerintah desa juga dibantu kader posyandu, ibu-ibu PKK dan bidan setempat untuk memberikan edukasi tentang pentingnya hidup bersih dan buang air besar di jamban/WC. (Mubin)


Share artikel ini

Recommended For You

Tulis Komentar