Apakah Isra Mi’raj itu Rasional ?

Share artikel ini

Reading Time: 2 minutes

Isra Mi’raj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW. yang sangat menimbulkan banyak kegaduhan, berita miring terkait hal tersebut menyebar dijazirah arab, bahkan beberapa sahabat Nabi pun ikut terhasut oleh berita kurang sedap terkait Isro’ Mi’raj tersebut, mungkin kalau sekarang mirip-mirip berita hoax.

Perjalanan sejauh lebih dari 1000 KM ditempuh hanya semalam, hal ini dilakukan jauh sebelum ada pesawat terbang, bukan hanya itu, Nabi Muhammad SAW. juga masih melakukan perjalanan ke langit dan bertemu para Nabi-Nabi terdahulu.

Secara sains mana mungkin jarak sebegitu jauh ditempuh dengan kendaraan kuda tercepat sekalipun dalam waktu semalam, kedua bagaimana kita merasionalkan orang hidup dapat berinteraksi dengan orang yang sudah meninggal, ketiga jika memang benar hal tersebut apakah itu dilakukan ruhnya saja atau bersamaan dengan jasadnya.

Mungkin hal ini tidak begitu sulit untuk menjelaskan dijaman sekarang dengan majunya teknologi seperti adanya pesawat terbang, atau yang paling rasional adalah dengan menggunakan teori relativitas dan juga perhitungan dengan kecepatan cahaya, mungkin sedikit njlimet tapi cukup menjawab kejadian perjalanan isra mi’raj di zaman sekarang.

Baca Juga:   TEMPAT BERKURBAN YANG LEBIH BAIK BAGI PERANTAU DAN KEUTAMAAN BERKURBAN

Perhitungan bisa dimulai dengan mengambil ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa “Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.” (Q.S.70:4)

Jika dihitung bahwa perjalanan malaikat dari bumi kelangit untuk menghadap Tuhan dibutuhkan waktu sehari dan jika dibandingkan dengan perhitungan waktu di bumi seharinya malaikat setara dengan 50.000 tahun waktu dibumi.

Dari beberapa literasi, perhitungan ini jika dihitung didapat bahwa kecepatan Malaikat Jibril kurang lebih adalah 5.491.022.400.000 km/detik sedangkan kecepatan paling konstan di bumi adalah kecepatan cahaya dengan kecepatan 300.000 km/detik.

Waktu Berjalan Mundur

Jawaban apakah mungkin Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi-nabi yang terdahulu, dalam pembahasan kecepatan cahaya ada istilah ‘Time Dilatioan’ atau perlambatan waktu jika bepergian menggunakan kecepatan mendekati kecepatan cahaya.

Baca Juga:   Rupa-Rupa Hari Raya Iedul Fitri

Bahkan di beberapa literasi ditemukan teori yang mengatakan ‘bila kita naik pesawat dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya maka waktu akan melambat, bila kita sampai pada kecepatan cahaya maka waktu akan berhenti ( konstan ), serta jika kita bergerak dengan melebihi kecepatan cahaya maka waktu akan bergerak mundur’.

Secara perhitungan kecepatan Malaikat Jibril jauh lebih cepat dari kecepatan cahaya, maka perjalanan untuk kembali kemasa lalu juga menjadi rasional, maka tidak heran jika ada beberapa film fiksi ilmiah yang di adegannya ada adegan mesin pengulang waktu, meskipun teori ini mungkin masih sulit untuk dilakukan ujicoba secara sains.

Ruh atau Jasad Nabi yang Isro’ Mi’raj ?

Pertanyaan apakah yang diperjalankan dalam peristiwa itu adalah ruhnya saja atau beserta jasad Nabi Muhammad, secara logika adalah sulit dijelaskan. namun, setidaknya kita semua yakin bahwa Nabi Muhammad adalah mahluk Tuhan yang spesial, sejak sekitar umur empat tahun beliau sudah dibedah dan dibersihkan hatinya mungkin jika bahasa sekarang itu adalah proses menginstal aplikasi khusus.

Baca Juga:   Guru Zuhdi, Ulama Banjar Kharismatik yang Sangat Disegani dan Dihormati

Aplikasi-aplikasi yang terinstal pada diri Nabi Muhammad SAW. Bersifat khusus dan istimewa, sehingga jika diperjalankan dengan kecepatan khusus jasad Nabi Muhammad mampu dan dalam kondisi baik-baik saja.

Namun semua itu adalah usaha manusia untuk merasionalkan, padahal perjalanan Isro’ Mi’raj ini adalah sebagai pembuktian seorang umat untuk percaya dan membenarkan apapun yang dsampaikan oleh Sang Utusan.

Terlepas rasional ataupun tidak rasional, sebagai umat yang percaya pada kebenaran ucapan Nabi yang juga sebagai Kakek Syaid Hasan dan Husain, maka kita tetap percaya akan kejadian perjalanan Isro’ Mi’raj tersebut.

Tambahan yang perlu disampaikan dalam peristiwa ini adalah bahwa Status Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra Mi’raj adalah obyek yang dijalankan oleh Dzat yang Maha Segalanya, Dzat yang mempunyai sifat Jaiz (Wenang/Sekehendak-NYA), bahkan Dzat tersebut berwenang menjadikan hukum kausalitas menjadi tidak berlaku, serta hukum-hukum yang dirancang oleh para ahli menjadi tidak berarti. (Mubin)

Wallahu A’lam.


Share artikel ini

Recommended For You

Tulis Komentar