Reading Time: 2 minutes
Logika merupakan cabang dari ilmu filsafat yang mempelajari azas dan aturan-aturan penalaran agar dapat dihasilkan pengetahuan dan kebenaran.
Secara etimologi, logika berasal dari Bahasa Yunani yakni ‘logos’ yang membentuk kata logikos yang mana memiliki arti pertimbangan akal pikiran yang diungkapkan melalui kata (bahasa).
Dalam Encyclopedia Britannica, Logika adalah studi sistematik tentang sruktur proposisi dan syarat-syarat umum mengenai penalaran yang sahih dengan menggunakan metode yang mengesampingkan isi atau bahan psoposisi dan hanya membahas bentuk logisnya saja. Perbedaan antara bentuk dan bahan ini diadakan apabila kita membedakan ketepatan logik (Logical Soundness) atau Kesahihan (validity) sebuah penalaran dengan kebenaran premis-premisnya, yang menjadi pangkal tolkanya.
Pengertian Logika Menurut Para Ahli
Beberapa ahli yang menyatakan pendapatnya mengenai logika, antara lain:
Aristoteles (384 SM-322 SM)
Menurut Aristoteles, logika diartikan sebagai ajaran tentang berpikir yang secara ilmiah membicarakan bentuk pikiran itu sendiri dan hukum-hukum yang menguasai pikiran. Menurutnya, logika merupakan batu fondasi yang penting bagi semua jenis pengetahuan.
Bagi Aristoteles, logika merupakan suatu alat (master key) untuk mencapai kebenaran. Karena itulah, kemudian Aristoteles dikenal sebagai Bapak Logika.
William S. Sahakian
Ia mengatakan bahwa logika adalah pengkajian untuk berpikir secara sahih, hakikat dari pengertian ini adalah untuk menegaskan bahwa logika harus dipahami lewat sebuah penalaran, karena sebuah penalaran akan dikatakan logis jika menggunakan konsep berpikir dalam logika.
Immanuel Kant
Dibandingkan dengan dua pengertian logika di atas, Immanuel Kant lebih menekankan logika sebagai upaya untuk mencegah kesesatan dalam berpikir.
Ia mengatakan bahwa logika adalah the science of the laws of understanding. artinya logika menurut Imanuel Kant adalah, logika dapat dibagi menjadi dua bagian, pertama logika umum (universal), dan kedua logika khusus (particular), yakni hukum cara berpikir yang benar terhadap suatu kelompok objek-objek khusus (the laws of correct thinking upon a particular class of objects).
Sejarah Singkat Logika
Logika dimulai sejak Thales (624 SM-548 SM), filosofi Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta.
Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.
Kemudian, Aristoteles mengenalkan logika sebagai ilmu, yang disebut dengan logica scientica.
Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu. Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles disimpulkan dari; Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati); Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia; Air jugalah uap; Air jugalah es.
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta. Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica, yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Pada 370 SM – 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangan logika. Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM – 226 SM pelopor Kaum Stoa.
Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M – 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
Sumber: Dr. H. Muhhamd Rakhmat., SH.,M.H., Pengantar Logika Dasar, 2013.