Bukan Sekedar Novel Romance Ada Sisi Lain dari Novel “Anomali Hati”

Share artikel ini

Reading Time: 3 minutes

Peresensi : Nuril Qomariyah

NgajiGalileo – Novel yang ditulis Lubis Grafura setebal 175 halaman ini mungkin sepintas terkesan cinta-cintaan dan berisi kisah romansa saja. Namun, sejenak coba kita melihat sisi lain yang ingin disampaikan oleh penulis di sini.

Ada topik khusus yang ingin penulis hadirkan bagi pembaca.

“Waktu. Ada rahasia besar di dalamnya. Ia membunuh perlahan tapi di sisi lain juga memberikan penyembuhan dengan perlahan.”

Kalimat pembuka sebelum melangkah ke halaman pertama novel ini. Ya, tentang waktu!

Tulisan ini menjadi bagian dari salah satu contoh aplikatif dari tulisan tentang relativitas yang bisa Anda ketahui melalui link dibawah ini :

Informasi terkait: 
Relativitas Kehidupan Real, Bisakah Dipercaya?

Waktu adalah objek relativistik yang menjadi kajian di bidang fisika modern saat ini. Pencarian tentang waktu yang kemudian menjadi pertanyaan besar. Bisakah waktu diulang? Bisakah kita mengubah masa lalu? Bisakah kita mendatangi masa depan lebih awal?

Baca Juga:   Resensi: Lingkar Sajadah

Anomali hati, judul novel ini sebenarnya merujuk pada anomali waktu yang dialami kedua tokoh utama dalam novel. Hanya saja karena tokoh yang memerankan adalah Alendra dan Sheli, jadilah judulnya Anomali Hati.

Oke lanjut reviewnya, sambi diseruput kopinya.

Konflik yang dihadirkan cukup menggugah pembaca, Sheli dan Alendra yang tak kunjung berjumpa karena ada perbedaan waktu yang tak kunjung sejajar di antara keduanya.

Secara teoritik, kondisi ini dapat dijelaskan melalui teori Paradoks Kembar dalam mata Kuliah Teori Relativitas Khusus. Pembuktian matematis sudah dirumuskan, sedikit rumit memang, mari kita sederhanakan melalui analogi menggunakan subjek manusia.

Jika dianalogikan dua orang kembar, katakana lah Upin dan Ipin yang memiliki usia sama waktu itu, dianggap 0 tahun untuk mempermudah perhiungan.

Kemudian, Upin melakukan perjalan menuju planet A dari Bumi dengan menggunakan pesawat ruang angkasa berkecepatan mendekati kecepatan cahaya. Sedangkan Ipin tetap berada di bumi.

Baca Juga:   Kata-kata Mutiara Mark Manson, Penulis Buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat

Setelah sampai di planet A Upin langsung berbalik arah dan kembali ke Bumi. Sesampainya di Bumi, dia kaget terjadi perbedaan usia antara Upin dan Ipin yang sedikit signifikan. Dan kondisi ini dapat dibuktikan secara matematis bahwa usia Upin dan Ipin memiliki perbedaan.

Ini teori dasar, yang memunculkan adanya anomali waktu yang terjadi dalam novel Anomali Hati. Ketika waktu antara Alendra dan Sheli tak pernah sejajar, waktu Sheli lebih awal 30 hari dan terjadi penyusutan tiap harinya, yang menjadikan keduanya tak kunjung bertemu.

Hal itu juga terjadi pada gelombang telepon mereka yang tak bisa terhubung ketika saling menelpon, sehingga cara berkomunikasinya sebatas via Email saja.

Berbegai upaya dilakukan Alendra dan Sheli untuk bisa bertemu, bahkan Alendra si Ahli Fisika mempelajari Teori Dawai untuk memecahkan keanehan (anomali) ini. Apakah kemudian Alendra akan berjumpa dengan Sheli kekasih virtualnya? Silahkan pembaca membaca sendiri novel yang ditulis dengan ciamik ini.

Baca Juga:   Murah dan Lengkap, Inilah Rekomendasi Buku Kamus Biologi untuk Pelajar

Selain nuansa romance dan prinsip fisika novel ini juga menghadirkan banyak pesan kemanusiaan yang dapat pembaca temui pada beberapa bagian novel. Hanya saja ada beberapa bagian novel yang berisi percakapan via email yang kadang kala sedikit membingungkan pembaca.

Lantas pertanyaannya apakah kita dapat kembali ke masa lalu atau mengunjungi masa depan?

Kutipan halaman 23:

Paman Alendra pernah berpesan dan mengutip dua kalimat yang pernah disampaikan oleh Galileo, “Jangan pernah melupakan Tuhanmu, Alendra. Teori-teori, keajaiban-keajaiban alam, rumus, serta persamaan-persamaan adalah mukjizat untuk manusia saat ini. Tidak perlu manusia meminta bukti dari Nabi untuk menghidupkan orang mati. Tapi cukuplah melihat kebenaran dari fakta-fakta ilmiah bahwa Tuhan ada di sana. Lalu, cukuplah Tuhan membuat perumpaan apakah sama orang-orang buta dan yang melihat? Pada akhirnya, Galileo pun mengakui bahwa kita seharusnya terhindar dari cinta berlebihan terhadap hal-hal duniawi dan meninggikan pikiran kita menuju hal-hal yang ilahiah.”

Wallahu ‘alam.


Share artikel ini

Recommended For You

Tulis Komentar