PERJALANAN: DARI TANPA TUJUAN, BERZIARAH HINGGA BERKUNJUNG KE NGAJI GALILEO CAFE

Share artikel ini

Reading Time: 3 minutes

Perjalanan: Dari Tanpa Tujuan, Berziarah hingga Berkunjung Ke Ngaji Galileo Cafe  – 1 Muharram merupakan tahun baru dalam penanggalan hijriah, dan ditetapkan sebagai hari libur yang di iringi dengan cuti bersama pada tanggal 2 Muharram 1442 H, hal ini membuat keinginan untuk berlibur sulit terhindarkan meskipun dalam keadaan pandemi.

Bak gayung bersambut, setelah sekitar 5 bulan stay at home, dan selama itu pula tidak pernah bepergian antar kabupaten, terbesit permintaan sang anak untuk bepergian yang jauh meskipun tanpa tujuan yang juga memungkinkan untuk tanpa turun dari kendaraan.

Sekedar menapaki jalan, sekedar melihat-lihat pemandangan, sekedarnya saja, tidak lebih dari itu. Ide awal sebuah perjalanan disaat itu memang sesederhana itu, tanpa banyak persiapan langsung dimulai lah perjalanan itu, deru mesin mulai berbunyi, laju roda berputar di mulai satu, dua kali putaran.

Putaran yang semula pelan berlahan semakin kencang sampai lah pada jarak sekitar 30 sampai 40 km perjalanan, ide awal yang hanya sederhana diawal mulai perlahan buyar seiring dengan laju sebuah perjalanan.

Baca Juga:   Hadi Prayitno, Get Better Normal

Pertanyaan, ini sampai mana? Kita jadinya kemana? Eman masak tidak ada tujuannya? Pertanyaan-pertanyaan itu lagi-lagi menggoyahkan ide dan maksud tujuan awal.

Perjalanan sempat berhenti disebuah minimarket modern, sekedar mencari tambahan bekal makanan ringan dan minuman. Disela-sela sedang melakukan perbelanjaan teringat seorang teman, teman yang memang sudah lama tak bersua, tiba-tiba melintas begitu saja meskipun hanya difikiran.

Ide untuk menghubungi atau menelpon pun tak terhindarkan, dimulai dari salam dilanjutkan dengan basa-basi menanyakan kabar, obrolan dalam telpon genggam pun terus berjalan. Setelah selesai menanyakan kabar dan memastikan tidak dalam bepergian, keinginan untuk berkunjung pun tak terhindarkan. Hingga ngopi bersama di Ngaji Galileo Cafe.

Berkunjung ke Jombang yang awalnya tidak masuk daftar tujuan pun akhirnya jadi kenyataan, sebelum mampir di rumah kawan, ide-ide lain pun bermunculan, Ide dan keinginan semakin bertambah, mencari informasi dan tempat berziarah tidak terelakkan.

Baca Juga:   Remaja Rentan Mengidap Maag, Apakah Penyebabnya?

Dimulai dari makam tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat dan sampai pada tokoh Pahlawan Nasional, inventarisasi terus berlanjut dan akhirnya diputuskan untuk menziarahi makam yang memungkinkan dan searah dengan rumah seorang teman.

Ziarah di Makam Pahlawan Nasional

Perjalanan sudah agak lama, melewati berbagai pemandangan, mulai pepohonan, persawahan, sungai berantas dan sampailah pada suatu jalan yang terbentang sebuah papan informasi bahwa disitu terdapat sebuah pondok pesantren Tambakberas, begitu membaca papan informasi tersebut langsung terlintas sosok yang sangat terkenal yaitu KH. WAHAB HASBULLAH.

Mbah Wahab dengan berbagai prestasi gemilangnya memang layak dijadikan pahlawan nasional, seorang Panglima Laskar Mujahiddin (Hizbullah) dan juga pengarang syair  ‘Yalal Wathon’. Beliau juga muasis organisasi kemasyarakatan terbesar di dunia.

Sempat ragu untuk berziarah ke makam beliau, bukan hanya karena kealiman dan prestasi Mbah Wahab, namun disaat pandemi seperti ini banyak tempat-tempat yang sering dikunjungi banyak orang yang ditutup.

Baca Juga:   Raih Beasiswa Ke Luar Negeri & Dalam Negeri dengan Mudah

Langsung ke lokasi adalah pilihan kami saat itu, kalau pun ditutup ya sekedar mendoakan beliau dari gerbang, ternyata apa yang kami khawatirkan benar-benar menjadi hal yang hanya menghawatirkan saja, makam Mbah Wahab terbuka untuk di ziarahi masyarakat umum, dengan protokoler kesehatan yang mencukupi.

Ziarah di Makam Mbah As’Ary dan Mbah Hasyim As’ary

Makam Mbah As’ary dan Mbah Hasyim As’ari  letaknya tidak dalam satu komplek pemakaman, letak makam Mbah Hasyim As’ary terletak dengan makam KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), sedangkan makam Mbah As’ary terletak sekitar 4-5 KM dari makam Gus Dur. Mbah As’ary adalah ayah dari Hadratussyekh KH. Hasyim As’ary, ketokohan Mbah Hasyim As’ary memang sudah tersohor, beliau juga mendapat gelar Pahlawan Nasional, namun makam-makam beliau ketika tanggal 2 muharrom 1442 H masih ditutup, sehingga peziarah masih belum dapat berziarah ke makam tersebut. (Mubin)


Share artikel ini

Recommended For You

1 Comment

Tulis Komentar